Pesantren Sabtu Minggu Assalaam, Batu Loncatan Sebelum Melanjutkan Mondok Beneran


Sahabat Pesantren Sabtu Minggu Assalaam yang dirahmati Allah SWT
Sebagai seorang Muslim, sudah menjadi kewajiban untuk mempelajari dan memperdalam ilmu agama Islam. 
Ibarat akan mendirikan sebuah rumah, kita butuh bahan bangunan dan bahan bangunan dari sebuah rumah itu dianalogikan sebagai agama. Tanpa bahan tentu tidak akan berdiri sebuah bangunan. 

trensami assalaam
Salah satu santri Trensami Assalaam selepas ngaji Kitab Aqidatul Awam


Orang - orang memiliki cara sendiri - sendiri untuk mempelajari ilmu agama. Ada yang hanya cukup mendapat ilmu dari pelajaran agama di sekolah formal, mendatangkan seorang guru ngaji, membaca buku atau cara lain yang banyak dipilih yaitu nyantri alias mondok di pesantren. 

Menjadi seorang santri yang belajar di Pondok Pesantren tidaklah mudah. Butuh penyesuaian dan adaptasi, terutama untuk anak - anak yang tidak memiliki dasar dan bekal ilmu melanjutkan di Pondok Pesantren, mereka seakan merasa "tersiksa" dengan dunia di lingkungan barunya. Lain halnya jika anak - anak kita sudah memiliki dasar dan bekal ilmu, Insya Allah mereka bisa melalui masa- masa adaptasi dengan menyenangkan karena seakan mereka sudah terbiasa.

Ustadz Drs. Khusnul Yaqin Noor selaku penggagas berdirinya Pesantren Sabtu Minggu Assalaam menyadari pentingnya memberikan bekal ilmu untuk anak - anak yang bertekad dan berkeinginan kuat untuk melanjutkan mondok di pesantren. Untuk itu, bersama Ustadz Zamzam Ilhami, SPdI beliau mendirikan Trensami Assalaam sebagai sarana belajar agama dan mengenalkan budaya mondok kepada anak - anak di sekitar kediaman Ustadz Zamzam Ilhami, SPdI yang dijadikan tempat untuk belajar. 

Sejak dini, anak - anak yang mengikuti kegiatan Pesantren Sabtu Minggu Assalaam diperkenalkan dan diajarkan tentang akhlaq, adab, kitab dan hal - hal lain yang juga diajarkan di Pesantren. Dalam keseharian, selain belajar di Trensami, anak - anak belajar di sekolah masing - masing yang tidak semua menerima pelajaran mendalam tentang agama karena sebagian dari mereka bersekolah di sekolah umum (SD, SMP, SMA).  

Agar anak  - anak lebih mudah beradaptasi jika nantinya harus melanjutkan mondok, selain ilmu agama, anak - anak di Trensami Assalaam secara tidak langsung juga belajar hal - hal berikut : 

Belajar Berpisah dari Orang Tua dan Keluarga.
Berpisah dengan orangtua kadang menjadi  hal yang tidak mengenakkan. Apalagi bagi yang sudah menganggap orangtua seperti teman atau sahabat. Namun sudah menjadi risiko nyantri kalau harus berpisah dengan orang tua dan keluarga.

Hari pertama biasanya yang paling menyiksa anak pesantren meskibeberapa minggu kemudian, sudah tidak lagi terasa berat terpisah dengan orangtua. Momen paling ditunggu tentu saja ketika liburan panjang dan kemudian pulang ke rumah. Kadang kunjungan orangtua ke pondok juga jadi kejutan tersendiri. Intinya, terpisah dengan orangtua adalah siksaan, dan semua anak pesantren merasakan hal itu.

Meski hanya semalam, anak - anak yang belajar di Trensami Assalaam diajarkan untuk beradaptasi jauh dari orang tua dan keluarga sehingga nantinya anak - anak akan terbiasa jika menlanjutkan mondok di pesantren yang benar - benar jauh dari rumah.

Bangun, Mandi dan Sholat Malam.
Biasanya jika di rumah kita bisa tidur pulas sampai kadang lupa sholat subuh, hal tersebut tak akan pernah terjadi di pesantren. Jangankan meninggalkan sholat subuh, kita bahkan akan dibangunkan tengah malam hampir tiap hari. Tujuannya adalah untuk melaksanakan sholat malam.

Tentu saja ini menyiksa sekali apalagi di hari-hari awal mondok. Silakan tanya anak-anak pesantren, di momen seperti itu mereka pasti ngebet ingin pulang. Apalagi yang dulu mondoknya masih usia SD atau SMP. Namun begitu, kebiasaan ini membuat kita terbiasa untuk bangun malam sendiri untuk beribadah.

Kewajiban bangun untuk sholat malam juga berlaku di Pesantren Sabtu Minggu Assalaam. Anak - anak harus bangun pukul 02.00 WIB untuk mandi dan persiapan sholat malam yang dilaksanakan setiap pukul 03.00 WIB.

Belajar Hidup Mandiri 
Jika memutuskan untuk mondok, anak - anak  harus siap untuk hidup mandiri. Cuci setrika baju, makan, bersih - bersih tempat tidur dan hal lain selalu dilakukan sendiri. Bagi yang sebelumnya sudah mandiri, tentu hidup seperti ini takkan pernah jadi masalah. Tapi, bagi yang manja ketika di rumah, nyantri akan sangat menyiksanya.

Di Pesantren Sabtu Minggu Assalaam, para santri juga dilatih untuk belajar  mandiri sehingga jika tiba saatnya mereka melanjutkan mondok akan mudah beradaptasi di lingkungan barunya.

Belajar Hidup Prihatin
Ketika anak - anak melanjutkan mondok di pesantren, jangan pernah berfikir tentang kenyamanan seperti ketika di rumah karena di pesantresn para santri harus siap hidup apa adanya. Makan seadanya, tidur sepantasnya dan kadang fasilitas yang kurang layak. Meskipun begitu sengsara, namun biasanya ilmu yang didapatkan lebih bermanfaat dan takkan mudah lupa. Mondok sejatinya memang belajar, sedangkan hal-hal yang di luar konteks belajar hanyalah pendukung saja.

Pengasuh dan ustadz di Trensami Assalaam senantiasa menanamkan gaya hidup sederhana kepada seluruh santri agar para santri mengerti dan memahami kondisi.

trensami assalaam
Santri santri Trensami Assalaam sarapan pagi dengan menu yang sederhana


Sebenarnya masih banyak hal - hal yang akan dipelajari anak - anak ketika mondok yang belum diulas di sini.

Meski ada juga anak - anak yang tidak melanjutkan mondok, hal - hal di atas bisa menjadi pelajaran yang juga bisa dirasakan betapa beratnya perjuangan ketika mondok dan jauh dari orang tua. 

Nyantri memang banyak banget penderitaan. Tetapi hal ini sebenarnya menjadi semacam gemblengan mental dan spiritual untuk bekal anak - anak kita kelak. 

Sejatinya, belajar memang butuh perjuangan dan pengorbanan.
Semoga putra putri kita menjadi insan yang cerdas, luhur derajat barokah. 


(N/E)







Pesantren Sabtu Minggu Assalaam